Bermula dari kabar pemerkaran sebuah provinsi baru
yang terbentuk didaratan kalimantan pada tahun 2012, merupakan awal
perkenalan saya dengan daerah yang disebut sebagai "Kota
Ibadah". Kota dimana mayoritas yang saya lihat masih mempunyai
hutan hijau dengan sungai yang membentang besar dan gagah. Daerah
dimana aktifitas pemerintahannya masih terpusat oleh bagaimana cara
mempercantik sungai Kayan yang merupakan akses vital menuju kota
Tarakan dan daerah sekitar selain bisa ditempuh via burung besi.
Daerah dimana aktivitas penduduknya masih berjalan dengan lambat
tidak seperti kota Surabaya dengan segala hiru pikuknya.
Kota yang sangat bersahabat bagi kaum pendatang
seperti saya, itu kesan saya pertama kali menginjakan kaki ke daerah
dengan ayam yang besar ha ha ha. Kenapa saya sangat mengidentikkan
kota Tanjung Selor dengan ayam yang besar, hm.... dikarenakan
potongan ayam dan/atau memang ayamnya besar. Saya bisa bandingkan
paha ayam yang ada di Tanjung Selor 1.5 lebih besar dari pada paha
ayam di jawa, serta porsi untuk yang lain juga jumbo mungkin ini juga
yang membuat harga juga berbanding lurus :). Terbersit dipikiran
saya, "Seharusnya dengan asupan protein yang begitu besar
orang-orang disini harusnya berbadan besar-besar seperti orang
asing". Tetapi kenyataannya tidak sesuai yang didapatkan oleh
penglihatan saya. Dari telisik mengenai ayam yang begitu besar
ternyata saya mendapatkan info bahwa ayam-ayam yang saya konsumsi
dengan ukuran jumbo ini berasal dari negeri seberang yaitu Malaysia
tepatnya di kota Tawau. Lagi-lagi terbersit dalam pikiran saya,
"Hm... satu langkah lagi kita tertinggal dengan negeri seberang
:(".
Kota dimana suku-suku lokal dengan suku pendatang
dapat hidup dengan damai, penuh dengan kearifan dan tidak
individualis. Saya berani bilang seperti itu karena memang
mengalaminya sendiri. ketika itu saya terburu-buru untuk pergi
kesuatu tempat dan tidak adan bemo yang lewat dikarenakan BBM di
Tanjung Selor langka, tiba-tiba ada seorang ibu separuh baya dengan
membawa anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar menawarkan
untuk menaiki sepada montornya dan mengantarkan saya ke tempat tujuan
yang saya inginkan meskipun tepat yang saya tuju berbeda dengan
tujuan si ibu tersebut.
semoga saya diberi kesempatan hidup di sana :)