Pages

Thursday, September 18, 2014

Perlakukan Orang Secara Wajar


Berlebih-lebihan memang tidak disarankan di agama saya (dalam segala hal), maka perlakukanlah seseorang dengan sewajarnya nanti jika perlakuan itu berkurang maka tidak ada yang merasa di bedakan. Logikanya ketika tangan direndam dalam air hangat terus dicelupkan ke air yang lebih panas maka kita tidak akan terkejut karena tangan kita sudah terbiasa, akan tetapi jika tangan direndam dengan air yang biasa terlebih dahulu kemudian direndam air panas maka rasa panasnya akan berbeda dari sebelumnya dan akan terasa lebih panas.
Sama halnya ketika kita memperlakukan orang, jika perilaku kita berlebihan maka seseorang yang menerima perilaku itu akan merasa terbiasa dengan hal itu maka jika hal itu berkurang maka akan terasa perbedaan.

Wednesday, September 17, 2014

Trenyuh Melihatnya

2 hari yang lalu ketika saya sedang berjalan menuju tempat makan siang dimana letaknya berada 2 blok bangunan di sebelah kiri dari kantor, pandangan saya langsung tertuju kepada seseorang dengan usia sekitar 60-70 tahun dengan kulit hitam penuh kerutan, kurus memakai topi ala koboi bengan baju kemeja lusuh dan celana pendek robek tanpa alas kaki. Duduk di pinggir kantin dengan disamping terlihat dagangan krupuk sambil nenghitung uang selembar demi selembar pecahan ribuan dan 2 ribuan. 
Kadang melihat pemandangan seperti itu membuat saya bersyukur tentang apa yang telah saya dapatkan sekarang ini. Ingin membantu tapi ya kok malu... ternyata rasa malu saya lebih besar dari pada keinginan membantu beliau dengan cara membeli kerupuk yang di jualnya. Sehingga saya hanya bisa memandangi dan lewat begitu saja ke tempat makan siang. 
Sering kali saya melihat hal begitu, pikiran saya selalu berkecamuk, orang setua itu masih bisa bertahan untuk bekerja tanpa harus minta-minta dan coba bandingkan pengemis muda dengan badan masih bisa bekerja eh..... tapi hanya mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Bukannya saya anti terhadap pengemis tapi seharusnya bagi kita yang masih muda hendaknya lebih bisa produktif, malukan dengan bapak yang saya ceritakan. Di masa tuanya tetap kekeh hidup tanpa harus minta-minta. Dan setidaknya beliau masih memelihara budaya malunya dengan mengesampingkan faktor-faktor lain. Kadang saya merasa dapat teguran dari yang di Atas. hey... mas bro... lihat tuh orang itu... seharusnya kamu bersyukur apa yang kamu dapatkan sekarang.

Ini saya kasih foto yang dapat dari internet soalnya admin tidak berani ambil foto beliau. Sebagai renungan saja.




 

Semangat Seorang Anak Magang

Menyambung tulisan terdahulu tentang kerja ikhlas, hari ini saya bertemu siswa magang dari sebuah SMK. Kebetulan yang magang ini seorang cewek, tidak tahu kenapa akhirnya saya sering mengamati perilaku siswi ini he he he...., saya melihat bagaimana siswi ini magang alias mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, anehnya mereka itu selalu ceria apalagi jika mendapat pekerjaan mengantarkan dokumen, kesannya mereka dapat kepercayaan dan harus melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan benar, aura bekerja tanpa pamrih tanpa di bayar dan selalu semangat mengerjakan suatu pekerjaan sangat sulit saya lihat atau temukan jika umur kita sudah beranjak dewasa (sebenernya apa ya yang dipikirkan?), memang tidak dapat disamaratakan tapi setidaknya memberi gambaran bahwa berfikirlah simpel tanpa pamrih seperti anak magang tersebut maka pekerjaan yang kita lakukan akan menjadi lebih menyenangkan tentunya dengan rasa ikhlas.

NB : penulis hanya melakukan pengamatan dari luar tanpa ada wawancara (spekulasi)

Thursday, September 4, 2014

Bekerjalah dengan Ikhlas!


Dulu waktu saya pertama bekerja begitu banyak hal yang dikerjakan, dalam hati selalu berpikir "Kenapa pekerjaan saya selalu bertumpuk sementara temen disamping saya tidak sebanyak saya ?". Dan ketika hal tersebut berbalik, yaitu pekerjaan saya lebih sedikit bahkan hampir tidak ada, tapi teman saya sangat banyak... hm... tapi kenapa saya masih berpikir lebih enak kalau ada pekerjaan yang bisa dikerjakan.
Maka bekerjalah secara ikhlas maka semua pekerjaan akan menyenangkan baik itu berat, banyak, ringan atau mudah. Itu point yang saya dapat selama ini. Bekerjalah dengan Ikhlas.

Wednesday, September 3, 2014

Sisi Pantang Menyerah lulusan D4

Hari ini saya pergi kesalah satu dinas untuk kepeluan ISO 270001. Sambil menunggu orang yang saya cari, akhirnya duduk di lobi sambil membaca brosur, ya namanya kuping kan nggak bisa dicegah untuk mendengar obrolan dari beberapa staff disana :p. Ternyata akan ada acara rekruitment pegawai baru dinas sana. Apa hubungannya dengan D4 dan pantang menyerah. Perlu kalian tau program D4 merupakan program pemerintah dimana program ini setara dengan S1 tapi lebih menitik beratkan pada kemampuan skill alias praktek, bagi kami D4 itu sendiri merupakan hal baru dan masih banyak yang belum tahu apa sebeneranya D4 atau D4 itu sebenarnya ada.
Dari awal muncul D4 itu sendiri banyak kemententerian masih belum menerima tapi untuk swasta kebanyakan sudah menerima bahwa D4 itu setara dengan S1. Tapi dari berjalannya waktu, D4 bisa dikatakan mulai diterima diberbagai kementerian (hanya butuh waktu). Nah kembali ke cerita sebelumnya ternyata disana ada alumni D4 di dinas tersebut. Betapa gigihnya beliau mengenalkan D4 di dinas sana.