Pages

Thursday, November 13, 2014

Tanjung Selor, Peradaban Sungai Pertama yang Saya Lihat

Bermula dari kabar pemerkaran sebuah provinsi baru yang terbentuk didaratan kalimantan pada tahun 2012, merupakan awal perkenalan saya dengan daerah yang disebut sebagai "Kota Ibadah". Kota dimana mayoritas yang saya lihat masih mempunyai hutan hijau dengan sungai yang membentang besar dan gagah. Daerah dimana aktifitas pemerintahannya masih terpusat oleh bagaimana cara mempercantik sungai Kayan yang merupakan akses vital menuju kota Tarakan dan daerah sekitar selain bisa ditempuh via burung besi. Daerah dimana aktivitas penduduknya masih berjalan dengan lambat tidak seperti kota Surabaya dengan segala hiru pikuknya. 

Kota yang sangat bersahabat bagi kaum pendatang seperti saya, itu kesan saya pertama kali menginjakan kaki ke daerah dengan ayam yang besar ha ha ha. Kenapa saya sangat mengidentikkan kota Tanjung Selor dengan ayam yang besar, hm.... dikarenakan potongan ayam dan/atau memang ayamnya besar. Saya bisa bandingkan paha ayam yang ada di Tanjung Selor 1.5 lebih besar dari pada paha ayam di jawa, serta porsi untuk yang lain juga jumbo mungkin ini juga yang membuat harga juga berbanding lurus :). Terbersit dipikiran saya, "Seharusnya dengan asupan protein yang begitu besar orang-orang disini harusnya berbadan besar-besar seperti orang asing". Tetapi kenyataannya tidak sesuai yang didapatkan oleh penglihatan saya. Dari telisik mengenai ayam yang begitu besar ternyata saya mendapatkan info bahwa ayam-ayam yang saya konsumsi dengan ukuran jumbo ini berasal dari negeri seberang yaitu Malaysia tepatnya di kota Tawau. Lagi-lagi terbersit dalam pikiran saya, "Hm... satu langkah lagi kita tertinggal dengan negeri seberang :(".

Kota dimana suku-suku lokal dengan suku pendatang dapat hidup dengan damai, penuh dengan kearifan dan tidak individualis. Saya berani bilang seperti itu karena memang mengalaminya sendiri. ketika itu saya terburu-buru untuk pergi kesuatu tempat dan tidak adan bemo yang lewat dikarenakan BBM di Tanjung Selor langka, tiba-tiba ada seorang ibu separuh baya dengan membawa anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar menawarkan untuk menaiki sepada montornya dan mengantarkan saya ke tempat tujuan yang saya inginkan meskipun tepat yang saya tuju berbeda dengan tujuan si ibu tersebut.
semoga saya diberi kesempatan hidup di sana :)