Pages

Wednesday, September 17, 2014

Trenyuh Melihatnya

2 hari yang lalu ketika saya sedang berjalan menuju tempat makan siang dimana letaknya berada 2 blok bangunan di sebelah kiri dari kantor, pandangan saya langsung tertuju kepada seseorang dengan usia sekitar 60-70 tahun dengan kulit hitam penuh kerutan, kurus memakai topi ala koboi bengan baju kemeja lusuh dan celana pendek robek tanpa alas kaki. Duduk di pinggir kantin dengan disamping terlihat dagangan krupuk sambil nenghitung uang selembar demi selembar pecahan ribuan dan 2 ribuan. 
Kadang melihat pemandangan seperti itu membuat saya bersyukur tentang apa yang telah saya dapatkan sekarang ini. Ingin membantu tapi ya kok malu... ternyata rasa malu saya lebih besar dari pada keinginan membantu beliau dengan cara membeli kerupuk yang di jualnya. Sehingga saya hanya bisa memandangi dan lewat begitu saja ke tempat makan siang. 
Sering kali saya melihat hal begitu, pikiran saya selalu berkecamuk, orang setua itu masih bisa bertahan untuk bekerja tanpa harus minta-minta dan coba bandingkan pengemis muda dengan badan masih bisa bekerja eh..... tapi hanya mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Bukannya saya anti terhadap pengemis tapi seharusnya bagi kita yang masih muda hendaknya lebih bisa produktif, malukan dengan bapak yang saya ceritakan. Di masa tuanya tetap kekeh hidup tanpa harus minta-minta. Dan setidaknya beliau masih memelihara budaya malunya dengan mengesampingkan faktor-faktor lain. Kadang saya merasa dapat teguran dari yang di Atas. hey... mas bro... lihat tuh orang itu... seharusnya kamu bersyukur apa yang kamu dapatkan sekarang.

Ini saya kasih foto yang dapat dari internet soalnya admin tidak berani ambil foto beliau. Sebagai renungan saja.




 

No comments :