2.1.1.
Pengertian
Sinusitis, merupakan salah satu penyakit
atau kelainan pada sinus paranasal yang akhir-akhir ini semakin meningkat angka
kejadiannya. Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi, mulai dari
yang ringan sampai dengan yang berat. Betapapun ringannya dampak yang
ditimbulkan, penyakit ini selalu menyebabkan penurunan kualitas hidup
penderitanya. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus
maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus
frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang
dahi).
2.1.2.
Penyebab
Sinus paranasal salah satu fungsinya
adalah menghasilkan lendir yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya
dialirkan ke belakang, ke arah tenggorokan untuk ditelan ke saluran pencernaan.
Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke
rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.
Secara garis besar penyebab sinusitis
ada 2 macam, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
a.
Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang
dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan
anatomi, tumor, benda asing, ….....
iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut
halus pada selaput lendir).
b.
Faktor sistemik
adalah keadaan di luar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain
gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat-obat yang dapat
mengakibatkan sumbatan hidung.
2.1.3.
Diagnosis
Setiap orang dapat melakukan diagnosis
pada dirinya sendiri apakah terkena sinusitis atau tidak. Untuk memudahkan
diagnosis sinusitis dapat berpatokan pada The Task Force on
Rhinosinusitis of The American Assosiation of Otolaryngology Head and Neck
Surgery, dengan menggunakan gejala mayor dan minor.
Tabel 2.1 Tabel
gejala mayor dan minor
GEJALA MAYOR
|
GEJALA MINOR
|
-
Nyeri / berat /
tertekan pada wajah
|
-
Nyeri pada kepala
|
-
Hidung buntu
|
-
Napas berbau
|
-
Lendir / ingus
kekuningan / kehijauan
|
-
Nyeri pada gigi
|
-
Gangguan pada
indra penciuman
|
-
Batuk
|
-
Deman (suhu
tubuh meningkat)
|
-
Nyeri / berat /
tertekan pada telinga
|
Sangkaan
sinusitis terjadi apabila terdapat :
-
minimal 2 gejala mayor atau
-
1 gejala mayor
disertai dengan minimal 2 gejala minor
Apabila seorang penderita merasa dirinya
memenuhi kriteria diagnosis seperti yang tersebut di atas, maka yang
bersangkutan perlu segera memeriksakan dirinya ke dokter spesialis THT untuk
medapatkan penanganan lebih lanjut, agar dapat dilakukan tindakan pencegah
komplikasi akibat penyakit ini.
Diagnosis
pasti sinusitis ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang antara lain foto
Rontgen, CT Scan, Endoskopi, biakan dan uji kepekaan kuman. Kesemuanya itu
tergantung pada kondisi penderita dan fasilitas pemeriksaan yang tersedia.
Sinusitis dibagi menjadi:
1.
Akut (berlangsung
kurang dari 4 minggu),
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan, berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari 7 hari.
Gejala subjektif terbagi atas gejala sistemik, yaitu
demam dan rasa lesu, serta gejala lokal, yaitu hidung tersumba, ingus kental
yang kadang berbau, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di
daerah sinus yag terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Pada
sinusitis maksila, nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke
alvelolus, hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan
telinga. Pada sinusitis etmoid, nyeri di pangkal hidung dan kantus medius,
kadang-kadang nyeri di bola mata atau belakangnya, terutama bila mata
digerakkan. Nyeri alis di pelipis.
2.
Sub akut (berlangsung
antara 4 – 12 minggu)
Sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-tanda radang
akutnya sudah reda.
3.
Kronik
(berlangsung lebih dari 12 minggu)
Gejala subyektif bervariasi dari ringan sampai berat,
seperti :
a.
Gejala hidung dan
nasofaring, berupa sekret di hidung dan nasofaring.
b.
Gejala faring,
berupa rasa tidak nyaman di tenggorokan.
c.
Gejala telinga,
berupa gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba
Eutachius.
d.
Nyeri kepala,
biasanya pada pagi hari dan berkurang di siang hari.
e.
Gejala mata,
akibat penjalaran infeksi melalui duktus
nasolakrimalis.
f.
Gejala saluran
napas, berupa batuk dan kadang komplikasi di paru.
g.
Gejala saluran
cerna, dapat terjadi gastroenteritis akibat mukopus yang tertelan.
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis
juga dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a.
Otak (infeksi
pada otak atau timbunan nanah pada otak)
b.
Mata (infeksi
pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya bola mata)
c.
Infeksi tulang
sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah, perubahan
bentuk wajah/menonjol/membengkak)
d.
Radang tenggorok
yang sering kambuh
e.
Radang amandel
f.
Radang pita suara
(sering batuk atau serak)
g.
Sesak napas atau
asma
h.
Gangguan
pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)
2.1.4.
Penanganan.
Sinusitis Akut dapat sembuh spontan atau
dapat sembuh hanya dengan pemberian obat. Sinusitis Sub Akut perlu dilakukan
operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi
akibat kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi
di samping dengan pemberian obat. Prinsip penanganan sinusitis adalah di
samping penanganan terhadap sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan
terhadap penyebabnya.
Cara operasi paling mutakhir terhadap
sinusitis adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) atau
BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional). Operasi ini menggunakan peralatan
canggih (yang kebetulan sudah dimiliki RS Panti Wilasa Dr Cipto), di mana
operasi dapat dilakukan secara terarah dan trauma yang ditimbulkan dapat
ditekan seminimal mungkin. Tetapi sayangnya tidak semua rumah sakit mempunyai
peralatan ini, karena di samping harga
alat tersebut relative mahal juga tidak semua dokter THT dapat
melakukan tindakan operasi tersebut.
No comments :
Post a Comment